Catatan
Perkembangbiakan Burung Ciu Jawa/ White-browed Shrike-babbler (Pteruthius flaviscapis)
1.1 Ciu Jawa (Pteruthius flaviscapis), kiri betina dan
kanan jantan.
Burung ini dulunya
bernama Ciu Besar (Pteruthius flaviscapis).
Saat ini sudah dipisahkan sebagai jenis tersendiri, menjadikan jenis yang
terdapat di jawa menjadi endemik (Rheindt & Eaton 2009). Hidup berpasangan
atau dalam kelompok campuran, bergerak melewati tajuk bawah dan tajuk atas,
menangkapi serangga. Menyelinap menyamping di sepanjang ranting-ranting kecil,
takun mencari makan. Burung yang sangat bersahabat dengan keberadaan manusia,
sehingga memudahkan kita jika ingin mengamati dan atau memotret burung ini. Di Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) burung ini bisa dijumpai salah satunya di
kawasan RPTN Coban Trisula.
1.2 Indukan Betina
mengerami telurnya (kiri). Jumlah telur
setiap masa biak yaitu 2 butir (kanan).
Masa berkembang biak
burung ini di TNBTS tercatat 2 kali, yaitu periode April-Mei dan
September-Oktober di kawasan RPTN Coban Trisula. (Koestriadi, 2016). Dalam 2
masa biak tersebut, burung ini membuat sarang pada pohon yang sama, yaitu cemara
gunung (Casuarina junghuniana). Telur
yang dierami berjumlah 2 butir. Sarang terbuat dari lumut (Usnea barbata) yang banyak terdapat disekitarnya (Toni Artaka,
2016).
Catatan
perkembangbiakan pertama yaitu pada bulan April-Mei 2016. Aktifitas pembuatan
sarang dimulai pada tanggal 20 April 2016. Esok lusanya terpantau sudah mulai anggrem atau mengerami telur. Hari Rabu
tanggal 11 Mei 2016 (20 hari sejak masa mengeram) telur burung ini sudah
menetas (sepasang, jantan betina).
1.2 Anakan umur 14 hari (kiri). Indukan jantan sedang memberi makan anaknya
(kanan)
Aktifitas memberi makan
dari sang induk setiap harinya teramati sekitar 4-6 kali, lebih sering pada
siang hari antara pukul 13.30 WIB s/d 15.30 WIB (3-4 kali), sisanya pada pagi
hari. Masing-masing dari indukan (Jantan maupun Betina) turut andil dalam
memberi makan sang anak, terutama sang
ibu yang lebih sering. Jenis makanan yang diberikan yaitu berupa ulat.
Uniknya, aktifitas memberi makan antara indukan jantan dan betina sedikit
berbeda. Ketika ‘si Ayah’ memberi makan, ulat cukup ditaruh didekat si anak,
tidak lama kemudian pergi. Berbeda dengan ‘si Ibu’ yang memberi makan, ulat
yang diberikan pun tidak hanya ditaruh namun juga disuapin ke si anak. Dengan kata lain, yang aktif dalam memberi
makan adalah indukan betina, sedangkan indukan jantan lebih kepada mencarikan
makanan berupa ulat tadi. Masa njuju atau memberi makan pada si anakan
berlangsung selama 21 hari (sama halnya dengan lama masa menetas telur).
Kemudian, si induk akan mengajari anak untuk terbang, hanya butuh 2 hari si
anak pun sudah bisa terbang bebas dan
mandiri.
Catatan lain dari
pengamatan masa biak burung Ciu Jawa ini
adalah situasi dan kondisi serta perilaku burung saat membuat sarang hingga
membesarkan anaknya. Burung ini memiliki kicauan yang berulang dengan nada
sedang, namun akan meninggi dan berisik saat akan membuat sarang, dan itu
berlangsung dalam waktu yang lama dalam sehari membuat sarang. Fakta Unik lain,
dalam 2 kali masa biak ini si burung “menjatuhkan pilihan” posisi pohon sarang
(Cemara Gunung) yaitu berdekatan dengan lokasi aktifitas manusia yaitu di
sebelah selatan Kantor RPTN Coban Trisula serta sebelah timur kantor. Disamping
si burung yang tidak sensitif dengan keberadaan manusia, mungkin juga karena faktor
lingkungan yang nyaman sehingga si
burungpun memutuskan untuk membuat sarang di lokasi tersebut. Begitulah
hendaknya kita sebagai manusia harus mampu berperan dalam kelestarian satwa
liar. Memberikan kenyamanan dengan tidak mengusik mereka, membiarkan mereka
hidup bebas di alam. Karena mereka memang lebih indah di alam. Salam Lestari !
Sumber Referensi :
-Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali dan
Kalimantan (MacKinnon, dkk)
-Website : www.yayasankutilangindonesia.or.id
mantep mas broo... mampirteng bloge kulo mas hehe Http://arihidayatbms.blogspot.com
BalasHapusHehe siapp mas.. maturnuwun.. terinspirasi juga dari sampean mas.. joss
HapusMantaap,. mungkin bisa kontak Imam biar bisa dibantu untuk publikasi di BirdingASIA,. keren ini catatannya.
BalasHapusOk mas siapp.. maturnuwun mas asman..
Hapus